Minggu, 30 November 2008

Energi alternatif dari sinar matahari+air

Sun + Water = Fuel

With catalysts created by an MIT chemist, sunlight can turn water into hydrogen. If the process can scale up, it could make solar power a dominant source of energy

taken from : http://www.technologyreview.com/energy/21536/

"I'm going to show you something I haven't showed anybody yet," said Daniel Nocera, a professor of chemistry at MIT, speaking this May to an auditorium filled with scientists and U.S. government energy officials. He asked the house manager to lower the lights. Then he started a video. "Can you see that?" he asked excitedly, pointing to the bubbles rising from a strip of material immersed in water. "Oxygen is pouring off of this electrode." Then he added, somewhat cryptically, "This is the future. We've got the leaf."
What Nocera was demonstrating was a reaction that generates oxygen from water much as green plants do during photosynthesis--an achievement that could have profound implications for the energy debate. Carried out with the help of a catalyst he developed, the reaction is the first and most difficult step in splitting water to make hydrogen gas. And efficiently generating hydrogen from water, Nocera believes, will help surmount one of the main obstacles preventing solar power from becoming a dominant source of electricity: there's no cost-effective way to store the energy collected by solar panels so that it can be used at night or during cloudy days.
Solar power has a unique potential to generate vast amounts of clean energy that doesn't contribute to global warming. But without a cheap means to store this energy, solar power can't replace fossil fuels on a large scale. In Nocera's scenario, sunlight would split water to produce versatile, easy-to-store hydrogen fuel that could later be burned in an internal-combustion generator or recombined with oxygen in a fuel cell. Even more ambitious, the reaction could be used to split seawater; in that case, running the hydrogen through a fuel cell would yield fresh water as well as electricity.
Storing energy from the sun by mimicking photosynthesis is something scientists have been trying to do since the early 1970s. In particular, they have tried to replicate the way green plants break down water. Chemists, of course, can already split water. But the process has required high temperatures, harsh alkaline solutions, or rare and expensive catalysts such as platinum. What Nocera has devised is an inexpensive catalyst that produces oxygen from water at room temperature and without caustic chemicals--the same benign conditions found in plants. Several other promising catalysts, including another that Nocera developed, could be used to complete the process and produce hydrogen gas.
Nocera sees two ways to take advantage of his breakthrough. In the first, a conventional solar panel would capture sunlight to produce electricity; in turn, that electricity would power a device called an electrolyzer, which would use his catalysts to split water. The second approach would employ a system that more closely mimics the structure of a leaf. The catalysts would be deployed side by side with special dye molecules designed to absorb sunlight; the energy captured by the dyes would drive the water-splitting reaction. Either way, solar energy would be converted into hydrogen fuel that could be easily stored and used at night--or whenever it's needed.
Nocera's audacious claims for the importance of his advance are the kind that academic chemists are usually loath to make in front of their peers. Indeed, a number of experts have questioned how well his system can be scaled up and how economical it will be. But Nocera shows no signs of backing down. "With this discovery, I totally change the dialogue," he told the audience in May. "All of the old arguments go out the window."

Minggu, 16 November 2008

Sekedar pengingat....

Ini saya post-kan artikel dari : http://www.geocities.com/bimbinganmukmin/1_kitab_ilmu_pengetahuan.htm

bagus untuk pengingat betapa pentingnya kita belajar ilmu pengetahuan... monggo dibaca...

Keutamaan Ilmu Pengetahuan

Di dalam al-Quran al-Karim terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kepada keutamaannya ilmu pengetahuan itu. Di antaranya ialah:

“Allah telah menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Dia jua, begitu pula para Malaikat dan para ahli ilmu pengetahuan turut menyaksikan sama, iaitu Tuhan yang berdiri di atas keadilan.” (ali-Imran: 18)
Perhatikanlah pada ayat yang tersebut di atas itu, bagaimana Allah s.w.t. telah memulakan penyaksian itu dengan diriNya sendiri, keduanya dengan para Malaikat dan sesudah itu dengan para ahli ilmu pengetahuan. Itu saja sudah cukup untuk membuktikan, betapa tingginya keutamaan ilmu pengetahuan dan kelebihannya.

Allah berfirman pula:

“Allah telah mengangkat orang-orang yang beriman dari golongan kamu, dan begitu pula orang-orang yang dikurniai ilmu pengetahuan beberapa darjat.” (al-Mujadalah: 11)

“Katakanlah: Tiada serupa orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tiada berilmu pengetahuan.” (az-Zumar: 9)

“Hanyasanya orang yang takut kepada Allah dari golongan hamba-hambaNya itu, ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan.” (Fatir: 28)

“Andaikata mereka mengembalikannya (berita itu) kepada Rasul dan kepada orang-orang yang memegang urusan pemerintahan diantara mereka, tentulah halnya telah dimengerti oleh orang-orang yang menelitinya dalam golongan mereka itu”. (an-Nisa’: 83).
Jadi hukum mengenai perkara-perkara yang berlaku itu harus dikembalikan kepada kebijaksanaan orang-orang yang berilmu pengetahuan, kerana martabat mereka ditingkatkan dengan martabat para Nabi dalam menyingkap hukum-hukum Allah s.w.t.

Adapun Hadis-hadis yang berkenaan dengan keutamaan ilmu pengetahuan ada banyak juga, seperti:

"Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah s.w.t., maka Allah akan meluaskan pengetahuannya dalam hukum-hukum agama dan akan diilhamkanNya petunjuk di dalamnya"

“Para ulama itu adalah warisan para Nabi”.
Tentulah tiada martabat yang lebih tinggi dari martabat kenabian, dan tiada kemuliaan yang lebih utama dari kemuliaan mewarisi martabat itu.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Apabila datang kepadaku satu hari, sedang pada hari itu aku tiada bertambah ilmu pengetahuan untuk mendekatkan diriku kepada Allah azzawajalia, maka tiada akan diberkati bagiku terbitnya matahari hari itu.”
Sabda Rasulullah s.a.w. dalam menentukan kelebihan ilmu pengetahuan atas segala rupa ibadat dan penyaksian, katanya:

“Keutamaan seorang yang berilmu pengetahuan ke atas seorang yang banyak ibadatnya, laksana keutamaanku ke atas serendah-rendah orang dari golongan sahabatku.”
Cubalah perhatikan, betapa itmu pengetahuan itu dipersamakan seiring dengan darjat kenabian, dan betapa pula direndahkan martabat sesuatu amalan yang sunyi dari ilmu pengetahuan, sekalipun orang yang beribadat itu cukup mengetahui dengan ibadat yang ia lakukan itu sehari-harian, kerana kiranya ibadat itu ditunaikan tanpa ilmu pengetahuan, tentulah ianya tidak boleh dinamakan ibadat.
Rasulullah s.a.w. bersabda lagi:

“Kelebihan seorang alim atas seorang 'abid, laksana kelebihan bulan purnama ke atas seluruh bintang-gemintang.”
Di antara wasiat Luqman al-Hakim terhadap anaknya ialah;

Wahai anakku! Pergauilah para alim-ulama dan rapatilah mereka dengan kedua lututmu, sebab Allah s.w.t. menghidupkan hati dengan nur (cahaya) hikmat, sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari langit.

Keutamaan belajar

Adapun ayat-ayat al-Quran yang berhubung dengan keutamaan belajar itu, di antaranya ialah:

“Mengapa tidak ada sekelompok pun dari setiap golongan mereka itu yang berangkat untuk menambah ilmu pengetahuan agama.” (at-Taubah: 122)
“Maka tanyakanlah para ahli ilmu pengetahuan, kiranya kamu tiada mengerti.” (an-Nahal: 43)
Sabda Rasulullah s.a.w.:

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah s.w.t. akan melorongkan baginya jalan ke syurga.”

“Andaikata anda berangkat untuk mempelajari suatu bab dari ilmu pemgetahuan, adalah lebih utama dari anda bersembahyang seratus rakaat.”

“Menuntut ilmu adalah wajib di atas setiap orang Muslim.”
Abu Darda’ berkata:

"Kiranya saya dapat mempelajari suatu masalah, itu adalah lebih saya cinta daripada saya bangun beribadat sepanjang malam."
"Orang alim dan orang yang menuntut ilmu itu, adalah dua orang yang berkongsi dalam kebaikan. Sementara orang-orang selain keduanya adalah sesia belaka. Tiada bangun sama sekali.
Iman Syafi’i.r.a. berkata pula:

"Menuntut ilmu itu lebih utama dari sembahyang sunnat."
Berkata Fatah al-Maushili rahimahullah:

"Bukankah si pesakit itu bila tidak diberikan makan atau minum ubat, ia akan mati!"
Orang ramai menjawab:

"Benar katamu!"
Dia berkata pula:

"Demikian pulalah sifatnya hati, kiranya ia tidak diberikan hikmat dan ilmu pengetahuan selama tiga hari saja, akan matilah ia."
Sungguh tepat sekali ucapan Fatah al-Maushili itu, kerana makanan hati ialah ilmu pengetahuan dan hikmat, dan dengan kedua benda itulah ia boleh hidup, sebagaimana tubuh badan itu hidup dengan makanan, Seorang yang tiada mempunyai ilmu pengetahuan, hatinya menjadi sakit dan kematiannya sudah pasti. Akan tetapi ia tidak akan merasakan yang demikian itu, kerana kecintaannya kepada dunia dan kesibukannya tentang dunia itu akan melenyapkan perasaannya. Kita berlindung dengan Allah pada hari di mana segala tabir akan tersingkap. Sesungguhnya manusia itu sedang nyenyak dalam tidurnya, nanti ia bila mati akan tersedar.

Berkata Ibnu Mas’ud r.a.:

"Hendaklah kamu mencari ilmu pengetahuan sebelum ianya terangkat, dan terangkatnya ilmu pengetahuan itu dengan kematian ahli-ahlinya. Seseorang kamu tiada dilahirkan sebagai orang yang sudah pandai. Jadi ilmu pengetahuan itu akan dicapai hanya dengan belajar."

Keutamaan mengajar

Ayat-ayat al-Quran mengenai keutamaan mengajar ini, ialah di antaranya firman Allah Ta’ala:

“Hendaklah mereka memberikan peringatan kepada kaumnya, apabila telah kembali kepada mereka nanti, moga-moga mereka berhati-hati.” (at-Taubah: 122)
Maksudnya ialah memperingatkan mereka itu dengan pelajaran dan petunjuk yang diperolehinya.

“Dan di waktu Tuhan mengambil janji orang-orang yang diberikan olehnya kitab; iaitu hendaklah kamu sekalian menerangkan perkara-perkara yang tersebut di dalam kitab itu, dan jangan sampai kamu menyembunyikannya.” (ali-Imran: 187)
Maksudnya ialah mewajibkan orang yang berilmu itu menyebarkan ilmunya dengan mengajar.

“Ada sebahagian dari mereka itu yang menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka itu mengetahui (hukumnya).” (al-Baqarah: 146)
Maksudnya menghukumkan salah atau haram orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuanya, sebagaimana dihukumkan haram pula orang yang menyembunyikan penyaksiannya.

Firman Allah Ta’ala:

“Barangsiapa menyembunyikannya (penyaksian), maka berdosalah hatinya.” (al-Baqarah: 283)

“Siapakah orang yang lebih baik ucapannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan berbuat kebaikan.” (Fushshilat: 32)
Allah berfirman lagi:

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik.” (an-Nahal: 125)

“Dan dia mengajarkan kepada mereka (kandungan) kitab dan kebijaksanaan.” (al-Baqarah: 151)

Adapun Hadis-hadis yang menunjukkan tentang keutamaan mengajar, umpamanya pesanan baginda Rasulullah s.a.w. ketika mengirim Mu’az ke Yaman, bunyinya:

“Andaikata Allah s.w.t memberikan hidayat kepada seorang dari hasil usahamu, adalah lebih baik bagimu dari dunia dan seisinya.”
Sabda Rasulullah s.a.w.

“Sesiapa yang mengetahui sesuatu ilmu lalu disembunyikannya, niscaya di Hari Kiamat nanti, ia akan dikekang oleh Allah s.w.t. dengan tali kekang dari api neraka.”
“Sesungguhnya Allah s.w.t. dan para MalaikatNya, begitu juga penghuni langit dan buminya, sehingga semut yang berada di lubangnya dan ikan yang di lautan, semuanya memohon rahmat bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang ramai.”
“Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya melainkan dalam tiga perkara: iaitu sedekah jariah (yang berterusan), ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang saleh yang mendoakan baginya.”

“Orang yang menunjuk ke jalan kebaikan sama saperti mengerjakan baginya.”
Ada satu sabda lagi berbunyi: " Moga-moga Allah mencucurkan rahmatNya ke atas Khalifah-khalifahku." Baginda lalu ditanya: " Siapakah mereka khalifah-khalifahmu?" Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: " mereka itu adalah orang-orang yang menghidupkan sunnatku serta mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah."

Dari atsar pula, apa yang diriwayatkan dari Mua’z, katanya: " Pelajarilah ilmu pengetahuan, sebab mempelajarinya kerana Allah adalah tanda takut kepadaNya, menuntutnya adalah ibadat, menelaahnya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahui adalah sedekah, memberikannya kepada ahlinya adalah kebaktian. Dialah kawan dalam masa kesepian dan teman dalam masa kesunyian. Dialah petunjuk jalan kepada agama, dan pendorong kesabaran dalam masa kepayahan dan kesempatan."

Allah mengangkat setengah-setengah kamu karena ilmu pengetahuannya, maka dijadikannya pemimpin, penghulu dan penunjuk jalan kebaikan yang diikut oleh orang ramai. Orang yang berilmu pengetahuan itu juga menjadi model utama dalam amalan kebajikan, dicontohi segala jejak-langkahnya, dan dituruti segala kelakuannya.

Dengan ilmu pengetahuan seorang hamba itu akan sampai ke peringkat orang-orang yang terpuji ketaatannya dan tertinggi kedudukannya. Memikirkan perihal ilmu pengetahuan setanding pahalanya dengan berpuasa, dan menelaahnya setanding pahalanya dengan bangun beribadat di tengah malam. Dengan ilmu pengetahuanlah manusia mentaati Allah Azzawajalla, memperhambakan diri kepadaNya, MengEsakanNya dan membesarkanNya.. Dengan ilmu pengetahuan juga manusia boleh mencapai darjat kewajiban kewara’an, dan dengannya pula manusia menyambung silatur-rahmi. Dengan ilmu pengetahuan juga, ia akan mengenal yang halal dan yang haram. Ilmu pengetahuan itu adalah diumpamakan sebagai pembimbing, manakala amalan pula menjadi pengikutnya, dan berbahagialah orang yang menerima ilham dari ilmu pengetahuan, dan celakalah orang yang terhalang dari ilmu pengetahuan.

Berkata al-Hassan r.a.:

" Kalaulah tidak kerana para ulama, niscayalah manusia sekaliannya sama seperti binatang."
Maksudnya dengan adanya para ulama yang mengajar manusia terkeluarlah mereka dari peringkat-peringkat kebinatangan dan memasuki peringkat kemanusiaan.


Ilmu yang fardhu ‘ain

Bersabda Rasulullah s.a.w.:

“Menuntut ilmu itu adalah wajib atas setiap Muslim.”

Termasuk ilmu yang dikatakan fardhu ‘ain itu, ialah ilmu pengetahuan yang bakal mengenalkan asas tauhid (MengEsakan Allah) yang dengannya pula dapat diketahui Zat Allah Ta’ala dan sifat-sifatNya.

Termasuk fardhu ‘ain juga ilmu pengetahuan yang dengannya dapat dituntut cara-cara beribadat,dibedakan antara yang halal dan yang haram, dan mana satu yang dilarang oleh agama, dan mana yang pula yang dibolehkan dalam urusan agama, dan mana pula yang dibolehkan dalam urusan hidup sehari-hari.

Termasuk juga ilmu yang fardhu ‘ ain ialah ilmu yang mengenalkan hal-ehwal hati, mengenai sifat-sifatnya yang terpuji, seperti bersabar, bersyukur, bermurah hati, berakhlak tinggi, bergaul baik, berkata benar dan iklas. Begitu juga dengan sifat-sifatnya yang terkeji, seperti balas-dendam, dengki, menipu, meninggi diri, riya’, marah berseteru, membenci dan kikir. Maka mengetahui apa-apa yang harus dilakukan dari sifat-sifat yang pertama dan apa-apa yang harus ditinggalkan dari sifat-sifat yang kedua itu adalah fardhu ‘ain. Seperti mana hukumnya membersihkan hal-hal mengenai kepercayaan, ibadat atau mu’amalat.

Minggu, 09 November 2008

Umat Islam harus berhenti dari teologi maut

Pembunuh kok dianggap syuhada?? berikut petikan wawancara dengan Prof Syafii Maarif untuk menambah cakrawala berpikir ke-Islam-an kita.

Syafi'i Ma'arif: Umat Islam Harus Berhenti dari Teologi Maut

sumber : http://www.detiknews.com/read/2008/11/09/112026/1033863/158/syafii-maarif-umat-islam-harus-berhenti-dari-teologi-maut

-->Jakarta - Amrozi Cs telah dieksekusi oleh tim regu tembak dari Kejaksaan Agung. Jenazah ketiga pelaku bom Bali I tersebut saat ini sudah siap dimakamkan. Baik keluarga atau pendukungnya mengelu-elukan mereka sebagai mujahid yang mati dalam keadaan sahid. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Ma'arif menilai, pemahaman tentang jihad selama ini banyak disalahartikan, sehingga sebagian masyarakat muslim melakukan tindakan kekerasan atas nama jihad. Namun menurut penerima Magsasay Award 2008 ini, setiap kekerasan yang dilakukan oleh kelompok mana pun di Indonesia akan berakhir dengan kekalahan.

Bagaimana meluruskan pemahaman umat yang keliru ini?

Berikut wawancara detikcom dengan Syafii Ma'arif. Amrozi Cs oleh keluarga dan pendukungnya dianggap mati dalam keadaan sahid. Bagaimana komentar Bapak?Bagi saya biar saja mereka berpendapat seperti itu. Hukuman mati memang harus mereka terima. Nggak usah kita berpolemik lagi masalah itu.

Arti syuhada sebenarnya apa?

Syuhada bisa diartikan sebagai orang yang mati dalam keadaan membela agama Islam. Syuhada secara harfiah berarti orang-orang yang bersaksi. Jadi seluruh umat Islam memang bertugas sebagai syuhada, sebagai saksi dan pengawal perjalanan peradaban. Ini bisa kita lihat dalam Al quran Surat Al Baqarah ayat 143 dan Al Hajj ayat 178. Sebagai syuhada, kita menjadi penyaksi, mengontrol peradaban menuju ke arah jalan kenabian.

Berarti syuhada tidak harus mati dalam perang membela Islam?

Oo tidak. Iya memang mati syahid biasanya dalam perang. Dalam sejarah kita bisa menyaksikan di Perang Badar. Itu jelas, karena mereka mati dalam mempertahankan kebenaran Islam.

Kepercayaan mereka selama ini keliru?

Selama ini mereka mempercayai teologi maut, umat Islam harus berhenti dari kepercayaan tersebut. Prinsip teologi maut, yakni mereka berani mati karena tidak berani hidup. Kecuali hanya mengagungkan sejarah, marah, menganggap yang tidak sepaham dengannya sebagai musuh. Padahal Allah tidak seperti itu. Al quran pun jauh lebih toleran.Dalam wasiat Imam Samudra yang dibagi-bagikan di kediamannya, dikatakan umat Islam harus terus berjihad melawan orang kafir.

Imam Samudra juga menganjurkan agar umat Islam juga meyakini apa yang telah diyakini olehnya?

Yang membagi-bagikan harus dituntut. Mereka menjadikan politik kerasan sebagai mata pencaharian. Selama ini mereka tidak mempunyai tawaran. Nilai- nilai kemanusiaan juga tidak ada. Mereka mencoba memonopoli kebenaran. Tapi ingat, dalam perkembangannya di Indonesia, setiap ideologi yang mengembangkan kekerasan pasti gagal.

Sebenarnya apa yang salah dalam memahami ajaran Islam?

Orang tidak mau berusaha memahami Alquran secara total. Alquran hanya diambil ayat-ayat yang sesuai dengan subyektivisme mereka. Ini celaka. Pasti ada perbedaan dalam memahami Alquran, nggak mungkin kita sama. Karena manusia bersifat nisbi, tidak mutlak. Tafsir tidak pernah mutlak dan terus berkembang. Silakan saja berbeda pemahaman asal konstruktif, jangan destruktif. Di sisi lain, pemerintah jangan bingung, harus tegas. Kalau pemerintah tidak tegas, maka kekerasan akan terus terjadi dan akan terus meminta korban.

Bagaimana meluruskan pemahaman pendukungnya Amrozi Cs yang keliru ini?

Beri pencerahan saja. MUI harus mengimbau agar mereka kembali ke jalan yang benar sesuai dengan syariat Islam yang sesungguhnya. Organisasi massa seperti Muhammadiyah dan NU juga harus berperan. Selama ini Muhammadiyah dan NU Jawa Tengah juga telah memberi pemahaman sangat bagus soal masalah ini.

Hal-hal apa saja yang harus diperbaiki agar pemahaman keliru tentang jihad ini tidak lagi terjadi?

Pahami agama Islam secara benar. Kembangkan budaya siuman. Siuman artinya, manifestasi dari akal kita yang sehat, serta hati nurani yang bersih. Bersih dari segala perilaku-perilaku yang menimbulkan kebencian.