Kamis, 16 Oktober 2008

Informasi ttg penyakit Kanker

Benarkah penyakit kanker tidak berbahaya lagi? terlepas dari benar tidaknya, bersama ini saya informasikan artikel sebagai referensi kita.

---->>

Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapatmemiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanamanobat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kankerdan berbagai penyakit berat lain.Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanyatumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanamanini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr ChrisK.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari UniversitiSains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembagaperawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuanpasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,Singapura, dan berbagai negara di dunia.Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi diPekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kankerpayudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelahkanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harusmenjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untukmenghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut."Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kamimenyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkankerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"jelas Patoppoi.Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terusberusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkaninformasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobatikanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeliteh tersebut,"ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuahtokoobat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca bukumengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karanganDr Chris K.H. Teo terbitan 1996."Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabatDepartemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanamantersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanamantersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo diMalaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwatanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agartidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"lanjut Patoppoi.Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulaimemproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada bukutersebutuntuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanamantersebut."Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari dipinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebuttumbuh liar dipinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalamipenurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhentirontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makanibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalanipemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguhmengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Paradokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan padaisterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikandosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokterpun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agarmengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidakmengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Danpemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekalidiundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, paradokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaantanaman sebagaipengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatankeadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungiDr.Teomelalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyakterdapat di Jawa danmengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini diIndonesia. Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahuapa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambungPatoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalambahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkanagar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usahanyata membantu penderita kanker di Indonesia.Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenaimeninggalnya Wing Wir yanto , salah satu wartawan handal JawaPos,Patoppoi sempat tercengang.

Data-data rinci mengenai gejala,penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengansalah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskandi buku tersebut. Dan eksperimen pengobatantersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut."Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"ujar Boni.Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar300 orangyang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,Buduran Sidoarjo.Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahimstadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya lakudijualuntuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasientersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoiberusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan DirekturJenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantorPusat Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebihlanjut mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisirevisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,serta pengalamanisterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraanmereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikanperwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial CancerCare Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan CancerCare, yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745, dan di Buduran, Sidoarjo. Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksiekstrak Keladi Tikusdalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagaitananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukantergantung penyakit yang diderita," kata Boni.Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yangmenanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui faxke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kamifax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligusobatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 RinggitMalaysia ," lanjut Boni."Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarikkeuntungan,malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjanganwaktu pembayaran. " tambahnya.Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salahsatu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kankerginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabatsebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasienpertama yangmengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladitikus, karena telahditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelahmenjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalamikerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter inimenanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untukmembantu proses penyembuhan kemoterapi.Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialamipenderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapidokter ini menolak untuk diekspos karenamenurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia ..Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatanalternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" ataudokter-dukun."Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"kata dokter tersebut.Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikanbantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dansabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapatkanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,pasien tersebut mengkonsumsi pildan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyataobat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darahpenderita danmengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut."Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbulresistensi. Jadi janganseperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambiltertawa. Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangankanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidakmempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saatkemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telahdisembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kankerpayudara, paru-paru, usus besar-rectum,liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,leukemia, empedu, pankreas,dan hepatitis.Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaranRinggitMalaysiaselama 5 tahundapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungandengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial"Cancer Care Indonesia " beralamat di

Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta ,telp : 021-4894745,

Tidak ada komentar: