Sabtu, 03 November 2007

Mengenang sejarah kota tumpah darahku

Banten, Indahnya Peninggalan Masa Lalu

sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/18/latar/292014.htm

MENGINGAT nama Banten pada masa lalu, terbayang kejayaan bandar antarpulau dan negara. Nama yang tersangkut di dalamnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa, pahlawan nasional asal Kerajaan Banten yang terkenal gigih melawan pemerintahan kolonial Belanda.

BANTEN memang kaya peninggalan sejarah dari zaman megalitik sampai penjajah Jepang, meskipun bila kita ke sana saat ini banyak prasarana umum yang tertinggal. Ragam peninggalan di sana mencerminkan tingginya peradaban nenek moyang, luasnya pergaulan orang Banten sampai di tingkat internasional dengan rasa toleransi begitu tinggi antaretnis dan agama saat itu.

Banten bukan hanya sosok Sultan Ageng Tirtayasa atau Jendral Daendels yang memaksa rakyat mengerjakan pembangunan jalan 1.000 kilometer dari Anyer hingga ke Panarukan di Jawa Timur. Ia lebih dari itu. Banten tua memiliki kekayaan ilmu pengetahuan yang mengagumkan, menjadi sumber sejarah tak habis-habisnya untuk dikupas sebab wilayah itu berhubungan erat dengan wilayah Jawa bagian tengah dan barat yang pada masa lalu dikenal lewat Kerajaan Demak (Jawa Tengah), Pajajaran (Jawa Barat), atau Bogor dengan Kerajaan Pakuan.

HAWA panas pada pertengahan April lalu begitu terasa. "Kalau di tempat lain pukul 16.00 sudah mulai terasa adem, di sini masih panas seperti ini," kata seorang staf Kantor Peninggalan Sejarah dan Purbakala (PSP) Banten yang tengah mengawasi pekerja membersihkan tanaman liar di bekas Keraton Surasowan. Sekalipun panas menyengat, tetapi begitu melihat sisa reruntuhan keraton tersebut, rasa ingin tahu mengalahkan ketakutan kulit akan terbakar sinar mentari.

Kawasan seluas empat hektar yang dikelilingi benteng setinggi dua meter itu menyisakan bekas bangunan, seperti pintu gerbang keraton berbentuk bulat, kolam pemandian, hingga sistem saluran air dalam keraton. Semula, menurut Kepala Suaka PSP Banten Endjat Djaenuderadjat, wilayah itu tertutup tanah. Yang tampak hanya gundukan tanah bercampur potongan batu bata. Setelah digali, tampak lebih jelas bekas reruntuhan keraton yang menurut berbagai sumber dibangun pada abad ke-16.

Keterbatasan anggaran membuat untuk sementara upaya penggalian terhenti, namun keindahan istana itu sudah mulai terlihat. Tiga tangga istana berbentuk setengah lingkaran dari batu bata dan pemandian Roro Denok yang sampai sekarang masih mengeluarkan air menjadi bukti keindahan Keraton Surasowan.

Kemajuan peradaban juga bisa disaksikan dari sisa bangunan di sana. Pada tahun 1552, ketika keraton itu mulai dibangun, nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Pada bagian belakang istana-jika bagian depan istana diasumsikan bangunan yang ada tangganya-terdapat saluran air. Di depannya ada enam keran (dulu terbuat dari besi berwarna kuning sehingga tempat itu disebut Pancuran Emas) untuk mengambil air bersih yang sudah disaring.

Air bersih bersumber dari mata air Tasik Ardi, berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Keraton Surasowan. Sebelum digunakan untuk minum, air itu harus melalui tiga penyaringan (peninggilan). Sumber air Tasik Ardi hingga kini masih tetap asri dan menjadi salah satu tempat wisata dalam kawasan Banten Lama, walau debit air yang dikeluarkan jauh lebih kecil. Sementara, pipa saluran air menuju keraton tetap terpelihara baik walau sebagian tertutup tanah dan jalan.

Di dalam wilayah eks Karesidenan Banten (sejak tahun 2000 menjadi provinsi sendiri, pisah dari Provinsi Jabar) itu ada beberapa kawasan situs dan peninggalan sejarah. Ada Banten Girang yang menyimpan situs zaman megalitik, ada Banten Lama di mana terdapat bekas Keraton Surasowan, Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, bekas benteng Speelwijk yang dibangun VOC Belanda, terletak 10 km arah utara Kota Serang.

Di Kota Serang sendiri ada beberapa gedung yang masuk kategori cagar budaya yang perubahannya tak bisa dilakukan sembarangan. Setidaknya di sana ada empat gedung bersejarah. Gedung negara (kini kantor Gubenur Banten), dulu kantor Residen Banten yang dibangun pada tahun 1800-an, gedung Joang (kini tempat organisasi massa berkantor), bekas sekolah Mulo (kini Polres Serang), dan bekas markas marsose Belanda dibangun pada tahun 1900-an (kini menjadi markas Korem 064 Maulana Yusuf Banten).

Kondisi gedung-gedung itu relatif masih bagus. Akan tetapi, penjara serta bangunan lain yang menjadi asrama polisi harus dirawat dan dibersihkan. Penjara empat pintu yang umurnya diperkirakan satu abad tersebut kini menjadi rumah tahanan Polres Serang. Kapolres Serang Komisaris Besar Polisi Harydono yang baru dua minggu menjabat di sana tengah memikirkan membuat rumah tahanan baru di dekat ruang reserse. Ia sadar, peninggalan sejarah tersebut bisa menjadi obyek wisata yang didatangi pengunjung.

Bagaimana persisnya sejarah kerajaan di Banten sejak abad ke-16 sampai abad ke-19, sampai sekarang belum terpecahkan. Buku Sejarah Banten yang disusun Drs Yoseph Iskandar dan kawan-kawan dengan pengantar Prof Dr H Ayatrohaedi yang memuat bagian Banten pada masa silam dan Kesultanan Surasowan pun mengakui upaya maksimal telah dilakukan para sejarawan pendahulu, tetapi hasil penelitian baru menghasilkan potongan dari sosok Banten masa silam.

Penyusun menyimpulkan, sosok sejarah Banten hingga saat ini belum terwujud utuh. Penggalan yang dikaji para ahli arkeologi baru mata rantai yang terputus-putus. Walau demikian, hasil penelitian tersebut menjadi bukti Banten memiliki nilai sejarah. Bukti keberadaan Kerajaan Banten antara lain terdapat pada naskah kuno Pangeran Wangsakerta Cirebon abad ke-17 Masehi yang diteliti tim pimpinan Prof Dr Edi S Ekadjati dari Program Kerja Yayasan Pembangunan Jabar 1989-1991.

SEPERTI apakah kejayaan Banten masa silam? Silakan menyaksikan Museum Banten Lama, depan bekas Keraton Surasowan yang dikelola Kantor Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten. Di sana terdapat lukisan dua duta besar Keraton Banten yang dikirim ke Inggris pada tahun 1682. Dua utusan diplomatik itu adalah Kiai Ngabehi Wira Pradja dan Kiai Abi Yahya Sendana.

Archaeological Remains of Banten Lama yang dibuat Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tahun 1984 menyatakan, sejarah Banten terutama terjadi pada abad ke-16 ke atas. Antara abad ke-12 sampai ke-15 Banten sudah dikenal sebagai pelabuhan untuk Pemerintah Inggris di Sunda. Pertumbuhan wilayah itu maju pesat. Bandar yang berjarak hanya sekitar dua kilometer dari pusat Pemerintahan Banten Lama disinggahi pedagang dari Gujarat (India), Tionghoa, Melayu, Portugal, dan Belanda.

Waktu itu, arus barang keluar-masuk pelabuhan sangat lancar sehingga perekonomian Banten maju pesat. Pada zaman pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten dikenal sebagai eksportir lada. Produk rempah-rempah mengundang banyak pedagang dari berbagai negara datang lalu tinggal di sana. Tak aneh bila di kawasan itu berdiri bangunan berusia di atas 100 tahun seperti vihara, mesjid Lama Banten, serta bekas kampung Arab, India, dan Cina.

Banyak hal bisa digali dari kawasan ini. Anda ingin rekreasi tapi bosan ke pantai dan gunung ? Datanglah ke Serang. Selain bisa melepas ketegangan di akhir pekan, pengetahuan mengenai sejarah Banten akan bertambah. (SOELASTRI SOEKIRNO)

1 komentar:

Kamerad Yoyo mengatakan...

Melalui ini saya ingin memberitahukan bahwa saya telah kehilangan Laptop HP Presario V3908 no. produk : FK-596-PA no. seri : 2CE-8200-GDH pada tanggal 13 Oktober 2008 sekitar jam 01.00 – 02.00 WIB ketika dalam perjalanan naik bus ARMADA jurusan Kp.Rambutan – Merak.

Mohon bagi siapa saja yang mengetahui keberadaan laptop ini menghubungi saya.

Semoga musibah yang saya alami dapat meningkatkan kewasdaan kita dalam menumpang kendaraan umum.

Pastikan kendaraan umum yang anda tumpangi nyaman dan jauh dari pencuri. Selain itu pelayanan dari penyedia angkutan umum lebih baik dalam melindungi penumpangnya dari segala tindakan kejahatan.

Mohon membantu saya dengan menyebarkan email saya ke milist anda.

Marilah kita memerangi pencurian dalam kendaran umum.

Terima Kasih,

Yohanes SH

http://kameradyoyoisme.blogspot.com/